1.
Akhlakul Karimah
Ada ungkapan sesat yang berkembang diantara para
pemuda durjana. “Muda foya – foya, tua kaya raya, mati masuk surga”. Ini
jelas sesat. Kehidupan pada masa muda adalah kehidupan yang menentukan di masa
tua. Sebagai seorang santri masa muda harus digunakan untuk menata diri, supaya
memperoleh kehidupan yang mulia. Ciri utama seorang santri adalah dia memiliki
akhlak karimah. Sebab, selama pendidikan di pondok pesantren ia telah dibina
untuk terbiasa dengan hidup sederhana, berbagi, dan menjaga ke-waro’-an
diri. Inilah yang membedakan santri di pondok pesantren dengan para pelajar
yang di luar ponpes. Ketika pemerintah masih merancang bagaimana cara membentuk
siswa yang berkarakter, para ulama telah banyak mencetak para santri yang tidak
hanya berkarakter, tetapi juga berkakhlak mulia. Maka sebagai santri, wajib
memiliki akhlak karimah. Mengapa islam dapat diterima di tengah kaum jahiliyah
yang terkenal bejat, kejam, rakus, suka membunuh, dan menghalalkan riba, maka
jawabannya jelas karena Rasulullah mendidik dengan akhlakul karimah. Mengapa
islam dapat diterima di seluruh penjuru dunia, padahal ketika itu perang adalah
satu – satunya jalan untuk menunjukkan betapa besarnya kekuatan suatu negara,
hal ini karena para pemimpin islam pada waktu itu memiliki akhlakul karimah.
Mengapa islam dapat diterima dengan mudah di kepulauan Indonesia yang notabene dikuasai
oleh kerajaan Hindu Budha, dan pemikiran – pemikiran sesat masih mengapit
bangsa waktu itu, jelas ini karena para pemimpin islam memiliki akhlakul
karimah. Mengapa pada akhirnya, para penjajah berhasil terusir di negeri
Indonesia, padahal kelengkapan untuk berperang pun tak punya. Tepat sekali. Ini
karena para ulama bersama para santri berangkat dengan niat menegakkan nilai –
nilai islam dalam bingkai akhlakul karimah. Sehingga tercetuslah resolusi jihad
yang membuat para penjajah ketar ketir. Bagaimana dengan sekarang ? Para santri
perlu mengangkat tangan untuk membuat karya besar. Mengarahkan segala kemampuan
untuk membuat perubahan dalam tatanan kehidupan yang semakin menyedihkan ini. Bila
bercita – cita menjadi pemimpin ummat, maka jadilah pemimpin yang berakhlak
mulia. Bila ingin menjadi pengusaha, maka jadilah pengusaha yang berakhlak
mulia. Ingin menjadi guru, maka jadilah guru yang berakhlak mulia. Dibelahan
bumi sana, ada pemimpin kafir yang menghina Al-Qur’an secara terang – terangan.
Didukung oleh para intelektual liberal dengan dalih, ”pemimpin kafir yang
pintar, lebih baik daripada pemimpin muslim yang bodoh”. Mengapa kejadian
dan teori ini akhirnya berkembang, tak lain karena disebabkan para pemimpin –
pemimpin sebelumnya tidak mencerminkan akhlak yang mulia. Akibatnya, dengan
mudah mereka melakukan korupsi, penyuapan, penyalahgunaan wewenang demi
memuaskan hawa nafsu. Maka membangun segala sesuatu atas dasar akhlak karimah
adalah begitu penting. Santri yang hebat adalah santri yang menjadikan akhlak
karimah sebagai asas dalam membangun tatanan masyarakat. Sehingga ketika mereka
telah kembali di kampung halaman, masyarakat akan merasa aman dan terbangun
jiwa islaminya.