3.
Berilmu luas
Ciri utama santri adalah berilmu luas. Pengertian luas
bukan berarti harus tahu segalanya. Sehingga nanti yang terjadi bukan maha
tahu, malah sok tahu. Berilmu luas yang dimaksud disinilah adalah memiliki
pandangan dan cakrawala yang tidak sempit, tidak memandang segala sesuatu dari
sudut pandangan yang monoton. Sehingga diharapkan ketika santri dihadapkan
dengan suatu permasalahan agama, tidak langsung melakukan justifikasi sesat
atau pembenaran buta. Harus ditimbang dulu dari segi keilmuan beragama yang ia
miliki. Dewasa ini sering kali terjadi benturan pemikiran hanya dikarena
menggunakan metode yang salah dalam memutuskan suatu perkara. Bukannya
mengajarkan ummat untuk mencintai perdamaian, sekelompok intelektual justru
membuat ummat berfikir bahwa ulama hanya pandai berdebat. Di satu sisi, derajat
kemapanan ilmu yang diberikan suatu lembaga pendidikan tertentu justru
dimanfaatkan untuk mengelabui masyarakat demi pemenuhan asap dapur. Begitulah
fenomena ironi yang sedang menghantui dunia pendidikan islam saat ini.
Santri yang hebat adalah santri yang mampu
mengintegrasikan muatan ilmunya dengan panggilan hati nuraninya. Masyarakat
berharap tidak ada lagi santri kacangan. Setelah menjadi ustadz
terkenal, berpenghasilan banyak, kemudian membuang atribut islam yang selama
ini telah membungkusnya dengan aman. Kehebatan santri bukan terletak pada
kemampuannya mengalahkan semua lawan debatnya, tetapi terletak pada bagaimana
dia membangun persaudaraan di tengah perang pemikiran yang terjadi. Namun,
santri juga mesti berhati – hati, jangan sampai misi perdamaian yang harus
ditebarkan justru menjadikannya sebagai alat untuk membenarkan semua pemikiran
yang telah nyata kesesatannya.